Gubernur BI: Pertumbuhan tinggi mengharuskan transformasi sektor riil

Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memandang bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi mengharuskan adanya transformasi pada sektor riil yang dapat ditempuh baik melalui kebijakan industrial maupun kebijakan reformasi struktural.

“Pertumbuhan tinggi mengharuskan transformasi sektor riil. Kebijakan industrial dan struktural ditempuh. Meningkatkan modal, tenaga kerja, dan produktivitas,” katanya dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Tahun 2025 di Jakarta, Jumat malam.

Kebijakan industrial diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah produksi dari sektor-sektor prioritas nasional, termasuk di antaranya hilirisasi khususnya berbasis sumber daya alam (SDA), industri teknologi, serta industri padat karya.

“Hilirisasi nikel, tembaga, bauksit, timah, tanah jarang, dan lainnya. Industri teknologi antara lain mobil, baterai listrik, petrokimia, semikonduktor. Industri padat karya antara lain garmen, sepatu olahraga, dan produk lainnya,” kata Perry.

Ia menambahkan, kebijakan industrial tersebut perlu disertai kebijakan struktural yang diarahkan untuk perbaikan iklim investasi, kecepatan birokrasi, konektivitas infrastruktur, investasi dan perdagangan, termasuk melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai pusat-pusat pertumbuhan.

Perry mengingatkan bahwa program hilirisasi dan industrialisasi memerlukan pembiayaan besar. Sebagian besar dari Danantara dan swasta, perbankan, pasar modal, PMA, PMDN. Sementara sebagian lainnya dari APBN dengan batasan defisit fiskal dan fokus untuk program sosial dan ekonomi kerakyatan.

Menurutnya, diperlukan model bisnis yang secara komersial menguntungkan baik dari sisi hukum dan kebijakan, kelayakan proyek, sumber pembiayaan, teknologi, maupun sumber daya manusia (SDM).

“Bank Indonesia akan terus mendukung pembiayaan program hilirisasi dan industrialisasi, koordinasi erat dengan KSSK. Melalui pembelian obligasi berkualitas tinggi dari pasar sekunder, fasilitas lindung nilai, hingga sekuritisasi di pasar uang,” kata Perry.

Ia menegaskan bahwa sinergi harus diperkuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih baik pada 2026 dan 2027. Hilirisasi, industrialisasi, dan ekonomi kerakyatan menjadi salah satu sinergi yang dinilai penting.

Selain itu, BI juga mendorong sinergi lainnya yakni memperkuat stabilitas dan mendorong permintaan; meningkatkan pembiayaan dan pasar keuangan; mempercepat ekonomi keuangan digital nasional; serta kerja sama investasi dan perdagangan internasional.

“Dengan sinergi kelima kebijakan transformasi ekonomi nasional tersebut, Insya Allah, Indonesia akan tumbuh lebih tinggi dan berdaya tahan. Stabilitas terjaga,” kata Perry.

Dalam hal ini, hilirisasi dan industrialisasi dalam Asta Cita dinilai akan mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Demikian pula program sosial dan ekonomi kerayatan seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), Perumahan Rakyat, dan lainnya.

Baca juga: Gubernur BI: Arah moneter 2026 tetap "pro-stability" dan "pro-growth"

Baca juga: Gubernur BI: Sinergi jadi kunci capai ekonomi lebih baik di 2026-2027

Baca juga: Gubernur BI: Prospek ekonomi global masih redup pada 2026 dan 2027

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.