Sejarah Black Friday yang jatuh pada Jumat setelah Thanksgiving

Jakarta (ANTARA) - Hari Jumat setelah perayaan Thanksgiving dikenal sebagai Black Friday, yang jatuh pada hari Jumat minggu keempat bulan November setiap tahunnya di Amerika Serikat (AS).

Black Friday menjadi salah satu hari belanja tersibuk di AS yang identik dengan ramainya aktivitas belanja ketika orang-orang berburu diskon besar dan berbagai penawaran spesial di toko-toko maupun pusat perbelanjaan.

Black Friday secara tidak resmi menandai pula dimulainya musim liburan Natal di AS. Kini, fenomena Black Friday telah menyebar pula ke berbagai negara lain, termasuk diskon besar-besaran di e-commerce.

Sejarah Black Friday

Menurut sejarawan dan profesor di Harvard Business School Nancy Koehn, istilah "Black Friday" awal mulanya tidak memiliki kaitan dengan belanja, dilansir NBC News.

Istilah itu merujuk pada peristiwa kepanikan finansial pada 24 September 1869 ketika dua investor, Jay Gould dan Jim Fisk, mencoba menguasai pasar dengan membeli emas dalam jumlah besar dan menaikkan harganya sehingga menyebabkan pasar anjlok.

Selain itu, istilah "Black Friday" sejak muncul pada abad ke-19 juga kerap digunakan untuk menggambarkan peristiwa negatif lainnya, seperti para pekerja yang tidak masuk kerja sehari setelah Thanksgiving.

Adapun secara khusus, penggunaan istilah "Black Friday" merujuk pada fenomena masyarakat AS berbelanja sehari setelah perayaan Thanksgiving pada tahun 1950-an.

Polisi di Philadelphia yang mengeluhkan kondisi tak terkendali akibat membludaknya kerumunan orang yang datang ke kota untuk berbelanja tersebut kemudian menyebutnya dengan "Black Friday".

Sejak saat itu, istilah "Black Friday" kemudian digunakan dan semakin populer setiap tahunnya untuk menggambarkan fenomena berbelanja pada Jumat keempat bulan November atau sehari setelah perayaan Thanksgiving

Awalnya, para peritel kesal dengan istilah "Black Friday" karena memiliki konotasi negatif sehingga para peritel ingin mengubah istilah tersebut secara lebih positif menjadi "Big Friday" pada tahun-tahun berikutnya namun tidak berhasil.

Pada akhirnya, para pengecer menerima istilah "Black Friday" dengan memaknai dan mengubah narasinya secara positif sebagai simbol bisnis mereka seharusnya "untung", alih-alih rugi atau defisit pada hari itu.

Baca juga: Rupiah diprediksi menguat seiring hari libur Thanksgiving

Baca juga: Eropa sambut pesta belanja Black Friday

Baca juga: BLUETTI Gelar Festival Belanja "Black Friday" dengan Penawaran yang Sangat Menarik

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.