4 Kebiasaan Saat Kuliah untuk Dukung Kehidupan Lebih Lancar, Kunci Sukses Mahasiswa

Liputan6.com, Jakarta Memasuki dunia perkuliahan bukan hanya tentang belajar di kelas, melainkan juga membangun fondasi kebiasaan positif yang akan mendukung kesuksesan akademik dan pengembangan diri.

Konselor IPB University, Dr. Melly Latifah, menekankan pentingnya menanamkan pola hidup teratur sejak awal agar mahasiswa siap menghadapi tantangan perkuliahan maupun dunia kerja yang kompetitif.

Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi bekal penting untuk menavigasi kompleksitas kehidupan kuliah dan mempersiapkan diri untuk masa depan.

Untuk mendukung kehidupan yang lebih lancar dan meraih kesuksesan. Melly Latifah mengidentifikasi empat kebiasaan utama yang sebaiknya diterapkan mahasiswa sejak dini yakni:

1. Manajemen Waktu yang Efektif

Mahasiswa perlu membuat jadwal harian atau mingguan, menyusun daftar prioritas, serta menghindari kebiasaan menunda pekerjaan.

“Manajemen waktu adalah kunci produktivitas, keseimbangan hidup, dan kesuksesan akademik,” kata Melly.

Ia menyarankan penggunaan metode prioritas, aplikasi kalender hingga evaluasi mingguan agar mahasiswa mampu menyelesaikan tugas tepat waktu tanpa stres berlebihan.

Kebiasan positif berikutnya adalah menerapkan strategi belajar aktif. Misalnya dengan mencatat, merangkum, bertanya ketika tidak paham, dan mengulang materi secara rutin.

“Belajar itu bukan hanya menjelang ujian, tapi harus dilakukan konsisten,” jelasnya.

Mahasiswa juga dianjurkan memanfaatkan berbagai sumber belajar tambahan, mulai dari buku, jurnal, hingga media digital.

3. Membangun Jaringan dan Kolaborasi

Berjejaring atau networking menjadi faktor penting dalam menunjang pengembangan diri. Hubungan baik dengan teman, dosen, maupun alumni dapat membuka peluang beasiswa, magang, hingga penelitian bersama.

“Jejaring di kampus bisa memberi dukungan akademik, peluang kolaborasi, akses informasi, hingga persiapan karier,” ungkapnya.

Selain itu, interaksi dengan berbagai pihak juga melatih kemampuan komunikasi, negosiasi, dan kerja tim.

Belajar tidak hanya dari kelas. Melly menyarankan mahasiswa untuk aktif mengikuti seminar, organisasi, kompetisi, hingga magang.

“Orang proaktif tidak menunggu kesempatan, mereka menciptakannya,” ujar Melly.

Hal itu bisa dimulai dari langkah kecil, seperti mengikuti satu webinar atau membaca artikel ilmiah setiap minggu. Dengan begitu, mahasiswa bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat dan lebih siap menghadapi dunia profesional.

Melly menambahkan, semua kebiasaan ini tidak hanya membantu mahasiswa meraih kesuksesan akademik, tetapi juga membentuk kemandirian serta kesiapan menghadapi dunia kerja.

“Kuncinya adalah konsisten dan mau melakukan evaluasi diri secara berkala,” pungkasnya.

Kebiasaan Saat Kuliah selanjutnya adalah menerapkan strategi belajar aktif. Dr. Melly menekankan pentingnya belajar secara aktif, misalnya dengan mencatat, merangkum, bertanya ketika tidak paham, dan mengulang materi secara rutin. "Belajar itu bukan hanya menjelang ujian, tapi harus dilakukan konsisten," jelasnya.

Mahasiswa juga dianjurkan memanfaatkan berbagai sumber belajar tambahan, mulai dari buku, jurnal, hingga media digital. Sumber-sumber ini dapat memperkaya pemahaman dan perspektif. Konsistensi dalam belajar akan membangun pemahaman yang mendalam, bukan sekadar hafalan sesaat.

Penting bagi mahasiswa untuk tidak melewatkan komponen penilaian seperti ujian, tugas, praktikum, dan keaktifan untuk mencapai nilai yang baik. Dr. Ranti mengingatkan, "Jangan menganggap remeh bobot penilaian kecil, karena bisa jadi itu menjadi penentu kelulusan." Setiap kontribusi kecil dapat berpengaruh besar pada hasil akhir.

Membangun jejaring atau networking menjadi faktor penting dalam menunjang pengembangan diri mahasiswa. Hubungan baik dengan teman, dosen, maupun alumni dapat membuka peluang beasiswa, magang, hingga penelitian bersama. "Jejaring di kampus bisa memberi dukungan akademik, peluang kolaborasi, akses informasi, hingga persiapan karier," ungkap Dr. Melly.

Interaksi dengan berbagai pihak juga melatih kemampuan komunikasi, negosiasi, dan kerja tim. Pepatah "1.000 teman masih kurang" sangat relevan di sini, karena informasi magang dan peluang lainnya seringkali didapat melalui koneksi. Aktif di kampus dan memiliki banyak teman adalah aset berharga.

Mahasiswa perlu menghindari menjadi tipe "kupu-kupu" (kuliah pulang-kuliah pulang) karena dapat menyebabkan tidak memiliki koneksi pertemanan. Hal ini juga berisiko kehilangan nilai lebih sebagai mahasiswa, terlewat informasi penting, dan menjadi tidak produktif. Keterlibatan aktif di lingkungan kampus sangat direkomendasikan.

Menjaga kesehatan fisik dan mental adalah kebiasaan Saat Kuliah yang tak kalah penting. Mahasiswa dianjurkan menjaga pola tidur yang cukup, olahraga teratur, serta konsumsi makanan bergizi seimbang. Kesehatan fisik yang prima mendukung fokus dan energi selama perkuliahan.

Kesehatan mental juga harus diperhatikan secara serius, misalnya dengan mengelola stres secara efektif. Menyeimbangkan kehidupan akademik dan sosial sangat penting untuk mencegah kelelahan. Mahasiswa juga harus berani meminta bantuan ketika merasa tertekan atau menghadapi masalah.

Dr. Melly Latifah menekankan, "Jangan memaksakan diri untuk selalu sempurna. Terima diri apa adanya, itu penting untuk menjaga kesehatan mental." Menerima diri dan batasan adalah langkah awal untuk menjaga kesejahteraan mental di tengah tekanan akademik.

Proaktif dapat dimulai dari langkah kecil, seperti mengikuti satu webinar atau membaca artikel ilmiah setiap minggu. Dengan begitu, mahasiswa bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat dan lebih siap menghadapi dunia profesional. "Orang proaktif tidak menunggu kesempatan, mereka menciptakannya," beber Dr. Melly.

Mahasiswa baru didorong untuk aktif mengikuti seminar, organisasi, kompetisi, hingga magang. Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga mengasah keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja. Keterlibatan aktif menunjukkan inisiatif dan kemauan belajar.

IPB University sendiri mengajarkan kerangka berpikir "The 7 Habits of Highly Effective People" kepada mahasiswa baru sejak 2019. Tujuannya adalah membentuk mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga resilien, kolaboratif, dan fokus dalam mencapai tujuan. Kerangka ini membekali mahasiswa dengan pola pikir yang produktif.

Dr. Ranti Wiliasih mengajak mahasiswa agar menggunakan kerangka berpikir "The 7 Habits of Highly Effective People" dan menjadikan kelulusan sebagai tujuan utama dari kegiatan perkuliahan. Mahasiswa disarankan untuk menuliskan tujuan kelulusan dan bahkan dapat berfoto menggunakan toga sebagai pengingat. Tujuan ini bisa dibagikan kepada orang-orang terdekat agar ada yang mengingatkan ketika terlupa atau lalai.

Strategi untuk lulus tepat waktu meliputi menghitung matematis beban studi (SKS) yang diperlukan dan menetapkan target nilai. Penting juga untuk memahami komponen penilaian setiap mata kuliah. Perencanaan akademik yang matang adalah kunci untuk mencapai kelulusan sesuai target.

Dr. Ranti juga mengingatkan mahasiswa untuk menghindari judi online dan pinjaman online. Kedua hal ini bisa menjadi masalah besar yang mengganggu perkuliahan dan kehidupan mahasiswa secara keseluruhan. Menghindari risiko finansial dan adiksi adalah bagian dari menjaga kelancaran studi.