Kuala Lumpur (ANTARA) - Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, setuju Kepolisian Diraja Malaysia (PDRM) menindak tegas pengibaran bendera Israel di Malaysia.
Pernyataan itu disampaikan PM Anwar dalam sesi tanya jawab bersama Dewan Rakyat di Parlemen Malaysia, Kuala Lumpur, Selasa menanggapi insiden pengibaran bendera Israel dalam aksi solidaritas untuk Palestina di Kelantan belum lama ini.
“Saya setuju agar tindakan diambil oleh PDRM supaya menjadi pelajaran, agar tidak terulang,” ujar Anwar.
Sebelumnya dalam acara solidaritas Palestina di Kelantan, yang melibatkan ratusan kapal dan viral di media sosial, tampak setidaknya ada satu kapal yang melakukan aksi parodi bertindak sebagai kapal militer Israel dengan mengibarkan bendera Israel.
Kapal itu memparodikan aksi militer Israel yang mengadang kapal-kapal bantuan kemanusiaan. Meskipun hanya bermaksud sebagai parodi sarkastis, namun pengibaran bendera Israel itu mendapat sorotan dan kecaman publik di Malaysia.
PM Anwar pun berpendapat pelaku pengibaran bendera Israel itu harus ditindak oleh PDRM dengan sesuai ketentuan berlaku. Dia menilai praktik itu, apapun alasannya, telah menyinggung serta bertentangan dengan kebijakan nasional secara keseluruhan.
Hal serupa, kata Anwar, juga berlaku bagi pelaku pengguna aksara hebrew – yang belakangan juga sempat viral di media sosial – yang menempelkan stiker bertuliskan "Malaysia Rumahku" dengan tulisan hebrew/ibrani di belakang kendaraannya.
Meskipun pelaku mengaku tulisan itu bermaksud menunjukkan kecintaan terhadap Malaysia sebagai tanah airnya, namun penggunaan aksara hebrew yang lazim digunakan Israel itu, dinilai sensitif hingga menuai kecaman publik.
"Apa pun tujuannya, tetap saja salah," tegas Anwar Ibrahim.
Baca juga: Malaysia berikan penjelasan soal partisipasi di KTT perdamaian Mesir
Baca juga: Malaysia sambut kesepakatan gencatan senjata Hamas-Israel di Gaza
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.