
ARAH perkembangan kecerdasan buatan (AI) dunia tengah bergeser. Jika selama satu dekade terakhir teknologi AI bergantung pada infrastruktur cloud computing yang besar dan mahal, kini para peneliti mulai mengembangkan model baru yang bisa berjalan langsung di perangkat pengguna, tanpa koneksi internet dan tanpa ketergantungan pada pusat data raksasa.
Perubahan ini menjadi topik utama di Expand North Star 2025, pameran teknologi terbesar di Timur Tengah yang digelar di Dubai. Dalam wawancara jarak jauh dengan Media Indonesia, sejumlah tokoh AI menyebut tren ini sebagai awal dari era “AI desentralisasi”, di mana kecerdasan tidak lagi terkonsentrasi di tangan segelintir perusahaan cloud global.
“Dulu kita percaya AI hanya bisa hidup di server. Namun kini, teknologi memungkinkan sistem cerdas berjalan langsung di perangkat, mulai dari ponsel, mobil, hingga peralatan rumah tangga,” ungkap peneliti dan CEO Liquid AI, Ramin Hasani, dilansir dari keterangan resmi, Selasa (14/10).
Model baru yang disebut Liquid Foundation Model ini bukan sekadar versi ringan dari GPT atau Transformer. Ia bekerja dengan prinsip berbeda: menggunakan Liquid Neural Networks yang meniru cara kerja otak manusia dalam beradaptasi dan belajar dari lingkungan. Prosesnya berlangsung secara linear, sehingga konsumsi energi jauh lebih kecil dan efisiensi meningkat drastis.
“Bayangkan AI seperti ChatGPT yang bisa berjalan di ponsel tanpa koneksi internet. Itu bukan hanya soal kemudahan, tapi juga soal kedaulatan data dan keamanan privasi pengguna,” kata Hasani.
Para ahli menilai, jika teknologi ini matang, implikasinya akan besar, dari sektor ekonomi digital hingga keamanan nasional.
Ketika AI tidak lagi memerlukan cloud, biaya operasional turun drastis. Negara-negara berkembang pun berpeluang lebih luas untuk mengadopsi sistem cerdas tanpa ketergantungan pada penyedia layanan global.
Selain itu, model AI lokal juga membuka peluang bagi ekosistem startup dan industri mikro. “AI yang bisa berjalan di perangkat artinya setiap orang bisa memiliki asisten digitalnya sendiri, cepat, hemat, dan privat,” jelas Hasani.
Analis teknologi menilai, pergeseran dari cloud-based menuju device-based intelligence akan menjadi transformasi besar berikutnya setelah revolusi ponsel pintar. Seperti halnya komputer yang dulu berukuran ruangan kini bisa masuk ke saku, kecerdasan buatan pun akan menjadi bagian alami dari setiap perangkat yang kita gunakan.
Hasani menutup dengan pandangan yang menggambarkan arah masa depan AI. “Kita sedang menyaksikan desentralisasi kecerdasan. AI tidak lagi terkurung di awan, ia hidup bersama manusia, di sekitar mereka, bahkan di dalam perangkat mereka,” pungkasnya.(H-2)