Sukabumi (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Digital memanfaatkan perkembangan teknologi baru Internet of Things (IoT) untuk membantu pembudidaya ikan nila di Sukabumi, Jawa Barat dalam meningkatkan produksi panen.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengatakan adaptasi teknologi di sektor perikanan ini membuktikan digitalisasi bisa turun langsung ke pengguna untuk memberikan solusi di lapangan.
"Kami ingin memastikan bahwa digitalisasi di Tanah Air itu turun sampai ke tingkat user langsung. Jadi digitalisasi teknologi itu harus menembus udara, harus di daratan ada, dan di air juga bisa masuk," kata Meutya dalam sambutannya di acara Panen Raya Teknologi Digital Perikanan di Sukabumi, Jawa Barat, Rabu.
Baca juga: Tom dosen Itera ciptakan teknologi tambak udang berbasis IoT
Meutya mengatakan pemanfaatan teknologi digital untuk budidaya ikan nila di Sukabumi telah dimulai pada bulan Mei 2025 melalui pelatihan dengan Dirjen Ekosistem Digital Komdigi langsung kepada pembudidaya nila di Desa Cimahi, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Dengan adanya pemanfaatan teknologi IoT di sektor perikanan, digitalisasi tidak hanya bisa digunakan di perkotaan namun juga bisa masuk ke desa untuk menciptakan ketahanan pangan yang menjadi fokus prioritas Presiden Prabowo Subianto.
Program fasilitas ini memberikan bantuan berupa 60 alat microbubble aerator kepada 60 pembudidaya ikan nila yang ada di delapan kabupaten dan kecamatan di Sukabumi, dan juga pelatihan untuk mendukung kapasitas para pembudidaya ikan nila dalam membaca data.
Baca juga: Teknologi IoT untuk ketahanan rantai pasok di tengah risiko bencana
Internet of Things (IoT) pada alat microbubble aerator akan memberikan sinyal data dari sensor yang dipasang di kolam ikan nila, langsung ke ponsel pengguna melalui aplikasi yang disediakan Banoo. Informasinya antara lain mulai dari pH air, kandungan oksigen dalam air, dan bisa melakukan pengaturan untuk meminimalkan penggunaan listrik serta mengurangi kejadian gagal panen.
"Sehingga bapak ibu para pembudidaya ikan tidak harus nungguin 24 jam, karena adanya juga koneksi internet yang membuat bapak ibu bisa melihat kadar oksigennya berapa, kemudian suhunya seperti apa dan sebagainya, dan kalau ada penurunan langsung bisa diatensi," katanya.
Berdasarkan laporan Direktur Jenderal Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital Edwin Hidayat Abdullah dalam beberapa bulan pelatihan dan pemanfaatan teknologi baru untuk budidaya ikan khususnya di Farm Feed Cimahi, produksi ikan nila yang sebelumnya panen 3 kali setahun kini bisa sebanyak empat kali setahun.
Baca juga: BRIN jelaskan manfaat penggunaan teknologi terhadap praktik akuakultur
Selain itu ada efisiensi survival rate atau nila hidup dari 80-85 persen sekarang mencapai 90 persen, dan penggunaan listrik juga turun sampai 40 persen dibandingkan saat penggunaan kincir air.
Bupati Sukabumi Asep Japar mengapresiasi perhatian pemerintah melalui Komdigi untuk memberikan pendampingan serta memfasilitasi alat yang memberi kemudahan dalam budidaya ikan nila.
"Kesuksesan program ini menunjukkan bahwa ketika pemerintah dan masyarakat bersinergi kita mampu menciptakan inovasi yang berkelanjutan, mudah-mudahan tidak hanya di Kecamatan Cicantayan, mudah-mudahan bisa dikembangkan di kecamatan lain," harap Asep.
Program ini juga merupakan kolaborasi Komdigi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama startup Banoo yang menyediakan aplikasi untuk pembudidaya nila dan alat IoT yang seluruhnya merupakan produk anak bangsa.
Meutya berharap penggunaan teknologi dan digitalisasi di tahun ini bisa berkembang ke sektor lainnya seperti pertanian dan tanaman holtikultura buah-buahan untuk swasembada pangan nasional.
Baca juga: Survei tunjukkan tingginya permintaan 5G dan AI dari pelaku industri
Baca juga: Telkomsel dukung konservasi mangrove Ngurah Rai dengan teknologi IoT
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.