
UNTUK memperkenalkan produk pertanian kehutanan hasil dari kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), Kementrian Kehutanan (Kemenhut) menggelar Pasar RHL Pasar RHL 2025 di Arboretum Ir. Lukito Daryadi, Manggala Wanabakti, Rabu (20/8). Agenda ini merupakan program tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH).
Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Sulaiman Umar Shiddiq resmi membuka Pasar RHL 2025 yang berlangsung selama dua hari ini juga merupakan implementasi dari Inpres No 14 Tahun 2025 tentang Percepatan Kawasan Swasembada Pangan, Energi, dan Air Nasional.
“RHL tidak hanya kegiatan menanam, tetapi menjadi bagian dari kegiatan ekonomi hijau sebagai dampak dari berhasilnya kegiatan menanam yang menghasilkan komoditas ekonomi yang dapat meningkatkan ketahanan pangan, energi dan air,” ujar Wamenhut dalam sambutannya.
Pernyataan tersebut selaras dengan Asta Cita Nomor 2 Presiden Prabowo Subianto yaitu memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
Wamenhut juga menegaskan perlu adanya strategi yang dikembangkan guna memperkuat pencapaian program RHL, di antaranya: (1) peningkatan kualitas regulasi dan kebijakan RHL; (2) penguatan sinergi dan kolaborasi program dengan sejumlah pihak; (3) penguatan kelembagaan kelompok pelaksana RHL; (4) optimalisasi pemanfaatan potensi-potensi pembiayaan RHL; dan (5) pemanfaatan teknologi informasi dan memperluas jejaring/networking kerja dalam memperkuat keberhasilan dan pemasaran hasil-hasil RHL.
Melalui sejumlah strategi tersebut, Pasar RHL diharapkan dapat menjadi ruang promosi, pemasaran, sekaligus ajang sosialisasi keberhasilan program rehabilitasi, sekaligus menjadi media penyadartahuan yang massif kepada masyarakat luas akan pentingnya kelestarian hutan, juga menjadi ruang sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan mitra usaha dalam menjaga keberlanjutan produktivitas hutan dan lahan.
Pembukaan Pasar RHL 2025 berlangsung meriah, diawali dengan penyerahan bibit tanaman oleh Wamenhut didampingi Direktur Jenderal PDASRH Dyah Murtiningsih kepada sejumlah siswa Bestari Rimba dan Puteri Anak Indonesia sebagai simbol semangat gotong royong dalam merawat bumi, memulihkan lingkungan, dan menyejahterakan masyarakat.
''Seluruh provinsi yg ada di Indonesia dengan UPT (unit pelaksana teknis) kami yang menjadi lead --yaitu Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (BPDASRH). Seluruh provinsi bersama-sama dengan kelompok masyarakat hadir di sini perwakilannya untuk memamerkan hasil hutan-hutan kayu,'' jelas Direktur Jenderal PDASRH, Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum, di sela-sela acara.
Hasil-hasil hutan itu, tambah Dyah, ada dalam bentuk buah-buahan, ada jenis-jenis kayu manis, ada pala, merica, dan kayu putih termasuk bentuk olahannya juga ada. Termasuk hasil-hasil hutan kayu yang berasal dari mangrove.
''Dan memang ini sejalan dengan program dari Bapak Presiden kita Pak Prabowo, bahwa seluruh sektor harus mendukung program ketahanan pangan energi dan air. Dan ini kami dari rehabilitasi hutan lahan yang kita lihat bersama, ini hasil-hasil yang mendukung ketahanan pangan,'' kata Dyah.
Di bagian lain, Sekretaris Direktorat Jenderal PDASRH Dr. Muhammad Zainal Arifin, yang mendampingi Dirjen Dyah, sempat menjelaskan program M4CR (Mangroves for Coastal Resilience) yang menghasilkan produk-produk yang dipasarkan di Pasar RHL.
''Jadi kita (M4CR) ada di 4 provinsi, di Sumut, Riau, Kaltara, dan Kaltim. Di 4 provinsi ini, kita punya target menanam mangrove pada 41 ribu ha sampai dengan 2027. Saat ini kita sudah menanam di 13.307 ha, sisanya nanti kita selesaikan sampai 2027,'' kata Zainal. ''Mudah-mudahan dengan kerja sama antara Kemenhut, Kemen LH, Kemen PKP, dan Kemenko Pangan, bekerja sama juga dengan World Bank, untuk menyelenggarakan program M4CR ini, kita bisa memulihkan 41 ribu ha dengan pendekatannya adalah kesejahteraan masyarakat,'' ujar Zainal.
Menurut Zainal, Mangroves for Coastal resilience itu menggunakan pendekatan programnya pada pemberdayaan masyarakat. Sehingga aspek kegiatan ini, selain untuk memulihkan ekosistem pesisir, lebih banyak untuk mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
''Mudah-mudahan dengan kerja sama banyak pihak termasuk dengan media yang ikut mengekspos kegiatan-kegiatan kita di lapangan, mudah-mudahan kita bisa mencapai tujuan dari kegiatan ini,'' tutup Zainal yang diamini Dirjen Dyah. (H-1)