KOMISI X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menunggu penjelasan lengkap Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) soal kematian Angga Bagus Perwira, siswa SMP Negeri 1 Geyer, Grobogan, Jawa Tengah. Komisi yang membidangi masalah pendidikan berencana membahasnya dalam rapat kerja bersama Kemendikdasmen.
"Mungkin setelah masa reses, kami akan membahasnya dalam rapat kerja bersama Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen)," ujar Wakil Ketua Komisi X DPR Lalu Hadrian Irfani melalui aplikasi perpesanan WhatsApp pada Senin, 13 Oktober 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Angga kehilangan nyawa diduga akibat mengalami perundungan di lingkungan sekolah.
Menurut informasi yang beredar, Angga ditemukan meregang nyawa di ruang kelas usai berkelahi dengan siswa lain. Kemendikdasmen belum mengeluarkan pernyataan perihal duduk perkara kematian Angga. "Saya akan cek dulu ya," ucap Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Atip Latipulhayat saat dihubungi pada Senin, 13 Oktober 2025.
Lalu menuturkan, kronologi kasus tersebut secara sepintas sudah dijelaskan oleh Kemendikdasmen. "Secara rinci akan dibuat tertulis kepada kami di Komisi X DPR," ujar Lalu. Menurut dia, kasus kekerasan yang menimpa Angga menjadi catatan khusus bagi Komisi X DPR. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu berujar, segala bentuk kekerasan di lingkungan pendidikan merupakan pelanggaran serius terhadap hak anak, apalagi yang menyebabkan kematian.
"Kami tentu tegas menolak segala bentuk kekerasan di dunia pendidikan dan mendorong Kemendikdasmen untuk segera melakukan investigasi menyeluruh," tutur dia. Investigasi itu sesuai dengan mandat Perturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
Regulasi itu mengatur kewajiban satuan pendidikan dan pemerintah daerah untuk menindaklanjuti kasus kekerasan secara cepat, transparan serta berpihak pada korban. Lalu mengatakan, Komisi X DPR akan terus mengawal proses investigasi tersebut. Sekaligus juga mengingatkan pentingnya peran kepala sekolah, guru, dan orang tua untuk membangun budaya sekolah yang inklusif, berkarakter serta menjunjung tinggi etika pendidikan.