Istanbul (ANTARA) - Sekitar 300.000 siswa di Jalur Gaza, Palestina, akan melanjutkan pendidikan mereka pada Sabtu, menurut badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA).
"UNRWA telah menyusun rencana untuk melanjutkan proses pendidikan bagi 300.000 siswa Palestina dan jumlah ini kemungkinan akan meningkat," kata Adnan Abu Hasna, penasihat media UNRWA, dalam pernyataan di platform X.
Dia mengatakan sekitar 10.000 siswa akan belajar secara tatap muka di sekolah dan tempat penampungan, sedangkan sebagian besar lainnya akan menerima pembelajaran jarak jauh. Sekitar 8.000 guru akan berpartisipasi dalam program ini.
Pembelajaran jarak jauh terpaksa dilakukan karena banyak sekolah hancur akibat perang yang dilancarkan Israel, sementara siswa harus segera kembali belajar setelah empat tahun putus sekolah sejak pandemi melanda dunia.
Menurut data Kementerian Pendidikan Palestina, sejak perang meletus pada Oktober 2023, Israel telah menghancurkan 172 sekolah negeri, mengebom atau merusak 118 sekolah lainnya, dan menyerang lebih dari 100 sekolah yang dikelola UNRWA.
Kementerian itu juga melaporkan bahwa 17.711 siswa tewas di Gaza sejak Israel melancarkan genosida, dan 25.897 lainnya terluka. Selain itu, 763 pekerja pendidikan gugur dan 3.189 lainnya terluka.
"Kami juga berencana untuk merevitalisasi 22 klinik kesehatan pusat di Jalur Gaza," kata Abu Hasna. "Kami memiliki puluhan titik distribusi makanan dan ribuan pegawai dengan pengalaman tinggi di bidang logistik."
Dia menambahkan bahwa UNRWA telah membeli pasokan senilai ratusan juta dolar yang masih tertahan di luar Gaza.
"Banyak kebutuhan pokok, termasuk bahan-bahan bangunan tempat tinggal, selimut, pakaian musim dingin, dan obat-obatan tidak diizinkan masuk ke Gaza oleh Israel, sehingga memperburuk situasi kemanusiaan," kata Abu Hasna.
Ia memperingatkan bahwa 95 persen penduduk Gaza kini bergantung pada bantuan kemanusiaan setelah kehilangan mata pencaharian dan kondisi itu memburuk dengan cepat.
"Ratusan ribu orang yang mengungsi tinggal di tempat terbuka setelah kembali ke Kota Gaza, menyusul diberlakukannya gencatan senjata pada 10 Oktober," kata dia. "Masuknya bantuan menjadi kebutuhan mendesak menjelang musim dingin."
Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyepakati gencatan senjata pekan lalu berdasarkan rencana yang diajukan Presiden AS Donald Trump.
Tahap pertama kesepakatan itu mencakup pertukaran tawanan dan tahap selanjutnya adalah pembangunan kembali Gaza dan pembentukan pemerintah baru tanpa keterlibatan Hamas.
Sejak Oktober 2023, perang yang dilancarkan Israel telah menewaskan hampir 68.000 warga Gaza, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, dan membuat sebagian besar wilayah kantong Palestina itu tidak layak huni.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Ribuan guru UNRWA siap didik lagi anak-anak Gaza
Baca juga: Pelajar di Gaza Kehilangan akses pendidikan di tengah perang mematikan
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.