Liputan6.com, Jakarta Mengalami buang air besar (BAB) dengan bercak darah adalah kondisi yang bisa membuat siapa saja merasa panik. Darah yang muncul dapat terlihat pada permukaan tinja, bercampur di dalamnya, menetes saat membersihkan dubur, bahkan kadang terlihat di kloset. Situasi ini sering menimbulkan banyak pertanyaan: apakah ini hanya akibat wasir yang ringan, atau merupakan tanda dari penyakit serius seperti kanker usus besar?
Menurut laman Harvard Health, warna darah pada tinja dapat memberi petunjuk tentang asal perdarahan. Darah merah segar biasanya berasal dari bagian bawah saluran pencernaan, sedangkan tinja hitam pekat bisa menandakan perdarahan di lambung atau usus bagian atas. Karena itu, memahami penyebab BAB berdarah menjadi langkah penting agar kita bisa segera melakukan tindakan yang tepat.
LIputan6.com akan mengulas secara komprehensif apa saja penyakit yang ditandai dengan BAB berdarah, faktor risikonya, langkah penanganan yang perlu dilakukan, hingga tips pencegahan agar kondisi ini tidak terjadi, Kamis (21/8/2025).
Penyebab BAB Keluar Darah
BAB berdarah adalah gejala, bukan penyakit tunggal. Kondisi ini menandakan adanya perdarahan di sepanjang saluran pencernaan, mulai dari kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, hingga anus.
1. Hematochezia (Perdarahan Saluran Pencernaan Bawah)
Hematochezia adalah kondisi ketika darah berwarna merah segar terlihat pada feses atau kertas toilet. Hal ini terjadi karena perdarahan terjadi dekat dengan anus, sehingga darah belum mengalami perubahan warna akibat proses pencernaan.
Beberapa penyebab hematochezia:
- Wasir (hemoroid): kondisi ini sangat umum terjadi, ditandai dengan pembengkakan pembuluh darah di anus atau rektum. Gejalanya berupa darah merah segar yang menetes setelah BAB, kadang disertai nyeri atau benjolan.
- Fisura ani: robekan kecil di kulit sekitar anus, biasanya akibat konstipasi kronis. Penderitanya sering mengeluh nyeri tajam saat BAB.
- Divertikulitis: peradangan kantong kecil (divertikula) pada usus besar yang bisa menyebabkan perdarahan cukup banyak.
- Radang usus (IBD): seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn. Selain darah, biasanya disertai diare kronis, sakit perut, dan penurunan berat badan.
- Polip usus besar: pertumbuhan jaringan abnormal. Meski sering tidak menimbulkan gejala, polip dapat berdarah dan berpotensi menjadi kanker.
- Kanker kolorektal: salah satu penyebab paling serius. Gejalanya bisa berupa darah pada tinja, perubahan pola BAB, dan penurunan berat badan drastis.
2. Melena (Perdarahan Saluran Pencernaan Atas)
Melena ditandai dengan feses berwarna hitam pekat, lengket, dan berbau sangat tajam. Warna ini muncul karena darah telah bercampur dengan asam lambung dan enzim pencernaan.
Penyebab melena meliputi:
- Varises esofagus: pelebaran pembuluh darah di kerongkongan, sering terkait dengan sirosis hati.
- Tukak lambung atau duodenum: luka pada lapisan lambung atau usus halus yang bisa menyebabkan perdarahan hebat.
- Gastritis: peradangan pada dinding lambung, sering dipicu infeksi bakteri Helicobacter pylori atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
- Sindrom Mallory-Weiss: robekan pada sambungan kerongkongan dan lambung akibat muntah berulang.
- Kanker lambung: gejala awal bisa berupa melena, disertai penurunan nafsu makan dan berat badan.
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami BAB berdarah, antara lain:
- Sering mengalami sembelit dan mengejan keras.
- Pola makan rendah serat.
- Konsumsi alkohol atau obat OAINS jangka panjang.
- Penyakit hati kronis.
- Riwayat keluarga dengan kanker usus besar.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Mengalami BAB Keluar Darah?
Menghadapi BAB berdarah membutuhkan sikap waspada namun tetap tenang. Berikut langkah-langkah yang disarankan:
1. Amati Warna dan Frekuensi
Darah merah segar sering kali berasal dari anus atau rektum, sedangkan tinja hitam mengindikasikan perdarahan di bagian atas saluran cerna. Catat juga apakah perdarahan muncul sekali atau berulang.
2. Evaluasi Gejala Penyerta
Waspadai bila BAB berdarah disertai: sakit perut, diare berkepanjangan, mual muntah, penurunan berat badan, kulit pucat, atau mudah lelah. Kombinasi gejala ini bisa menandakan kondisi serius.
3. Segera Konsultasi ke Dokter
Menurut Northwestern Medicine, darah pada tinja dalam bentuk apa pun bukanlah kondisi normal. Dokter biasanya melakukan pemeriksaan seperti:
- Tes darah dan feses untuk melihat adanya infeksi atau anemia.
- Endoskopi / kolonoskopi untuk melihat langsung sumber perdarahan.
- Rontgen dengan kontras barium atau angiografi jika diperlukan.
4. Penanganan Medis
Penanganan BAB berdarah tergantung penyebabnya:
- Obat oles atau supositoria untuk wasir ringan.
- Antibiotik, obat penurun asam lambung, atau imunosupresif pada radang usus atau infeksi.
- Endoskopi terapeutik untuk menghentikan perdarahan dengan teknik seperti elektrokauter atau ligasi.
- Transfusi darah pada perdarahan berat.
- Operasi atau kolostomi bila disebabkan kanker atau polip besar.
5. Perawatan Mandiri di Rumah
Jika penyebabnya ringan, langkah sederhana bisa membantu:
- Konsumsi makanan tinggi serat: buah, sayur, gandum.
- Minum cukup air minimal 2 liter per hari.
- Jangan duduk terlalu lama di toilet.
- Lakukan olahraga ringan untuk melancarkan pencernaan.
- Hindari makanan pedas, beralkohol, atau rendah serat.
6. Pencegahan Jangka Panjang
- Jalani pola hidup sehat dan seimbang.
- Hindari menunda BAB agar tidak memicu konstipasi.
- Lakukan kolonoskopi rutin terutama bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun atau memiliki riwayat keluarga kanker usus.
FAQ Seputar BAB Keluar Darah
1. Apakah BAB berdarah selalu menandakan kanker usus?
Tidak. Penyebab paling umum adalah wasir atau fisura ani. Namun, tetap penting memeriksakan diri karena kanker juga bisa bermula dengan gejala serupa.
2. Apakah makanan bisa membuat tinja tampak berdarah?
Ya. Beberapa makanan seperti bit, tomat, blueberry, atau suplemen zat besi bisa mengubah warna tinja. Tetapi jika ragu, sebaiknya periksakan ke dokter.
3. Bagaimana jika BAB berdarah hanya sekali dan berhenti?
Meski berhenti, sebaiknya tetap periksa, terutama bila Anda berusia di atas 40 tahun atau memiliki faktor risiko.
4. Apa bedanya darah merah segar dan tinja hitam?
Darah merah segar biasanya berasal dari saluran pencernaan bawah, sementara tinja hitam pekat menandakan perdarahan di lambung atau usus bagian atas.
5. Bisakah anak-anak mengalami BAB berdarah?
Bisa. Penyebabnya antara lain fisura ani, alergi makanan, atau infeksi. Segera bawa anak ke dokter jika mengalami kondisi ini.
Sumber Rujukan
- Harvard Health Publishing. What can cause blood in stool? (health.harvard.edu)
- Northwestern Medicine. Bloody Poop: What’s Normal and What’s Not (nm.org)