
PENUMPUKAN lemak berlebih di hati (sering dikaitkan dengan obesitas atau alkohol) berisiko menyebabkan kerusakan serius jika tidak diatasi.
"Karena gejalanya tidak terlihat di awal, pemeriksaan kesehatan hati secara berkala menjadi langkah terbaik untuk mendeteksi dan mencegah perburukan," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi RS Pondok Indah – Puri Indah dr. Lianda Siregar, Sp. P.D, Subsp. G.E.H. (K), FINASIM, kepada Media Indonesia, Rabu (1/10)
Perlemakan hati atau fatty liver disease, ungkap Lianda, merupakan salah satu penyakit organ hati yang sering terjadi, selain hepatitis A, B, dan C. Dalam kasus ini, terjadi penumpukan zat lemak, terutama trigliserida, di dalam sel hati.
Menurut Lianda, perlemakan hati dapat terjadi pada setiap orang, meskipun lebih banyak dialami oleh mereka yang berusia di atas 30 tahun.
MI/HO--Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Gastroenterologi Hepatologi RS Pondok Indah – Puri Indah dr. Lianda Siregar, Sp. P.D, Subsp. G.E.H. (K), FINASIM
Dari data epidemiologi, perlemakan hati terjadi pada 10%-35% populasi umum, dan mencapai 40%-90% pada penderita obesitas.
Apa Itu Perlemakan Hati dan Apa Penyebabnya?
"Perlemakan hati (steatosis hati) adalah kondisi di mana terdapat penumpukan lemak berlebih di dalam sel-sel hati," kata Lianda.
Asupan makanan yang banyak mengandung lemak, tinggi karbohidrat, serta konsumsi alkohol yang belebihan (alkoholik) menjadi faktor pencetus terbanyak untuk kondisi ini.
Penyebab perlemakan hati dapat dikategorikan sesuai jenisnya, yakni:
Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) adalah jenis perlemakan hati yang disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan secara rutin.
Saat alkohol berlebih masuk ke dalam tubuh, hati harus bekerja lebih keras untuk memecah alkohol.
Proses pemecahan alkohol ini dapat mengganggu metabolisme sel-sel pada jaringan hati. Dalam jangka panjang hal ini akan menurunkan kemampuan hati untuk memecah lemak, dan justru meningkatkan fungsi hati dalam menyimpan lemak.
Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD)
Perlemakan hati juga dapat terjadi tanpa adanya konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. Meskipun penyebab pasti kondisi ini lebih sulit diketahui, tetapi biasanya NAFLD dipengaruhi oleh sindrom metabolik dan beberapa kondisi medis lainnya, seperti:
- Obesitas atau berat badan berlebih
- Berat badan yang turun secara drastis
- Diabetes
- Kadar kolesterol, terutama trigliserida, yang tinggi
- Hiperglikemia
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
- Hepatitis kronis, terutama hepatitis C
- Malnutrisi
- Konsumsi obat-obatan tertentu dalam waktu yang lama atau dengan dosis yang tinggi
"Perlemakan hati jenis NAFLD terbagi menjadi beberapa derajat, dimulai dari derajat ringan yang disebut steatosis (penumpukan lemak di hati). Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat berkembang menjadi Non Alcoholic Steatohepatitis (NASH) ketika terjadi peradangan dan kematian sel hati yang memicu terbentuknya jaringan parut (fibrosis)," jelas Lianda.
Seiring waktu, fibrosis dapat berlanjut menjadi sirosis hati yang menyebabkan kerusakan hati permanen, penurunan fungsi, bahkan dapat berkembang menjadi kanker hati jika tidak ditangani dengan tepat.
Oleh karena itu, kondisi perlemakan hati sebaiknya dideteksi dan ditangani sedini mungkin.
Gejala Perlemakan Hati
Lianda mengungkapkan, di tahap awal, penyakit pada organ hati biasanya tidak menunjukkan gejala spesifik.
Meski demikian, berikut beberapa gejala perlemakan hati yang umum terjadi:
- Kelelahan yang berlebihan, bahkan setelah beristirahat dengan cukup
- Nyeri atau ketidaknyamanan di perut
- Pembesaran organ hati
- Mual dan penurunan nafsu makan hingga menyebabkan penurunan berat badan
- Kulit dan mata menguning (jaundice)
- Gatal-gatal pada kulit
Jika Anda mengalami gejala-gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi untuk mendapatkan penanganan yang tepat sebelum kondisi memburuk.
Jangan khawatir dengan proses pemeriksaan organ hati. Kini, deteksi dini penyakit hati, termasuk perlemakan hati, dapat dilakukan dengan lebih cepat, efisien, dan nyaman menggunakan FibroScan.
Sebelumnya, diagnosis penyakit hati hanya dapat dilakukan melalui biopsi, yakni metode konvensional yang bersifat invasive (dengan sayatan).
Selain membutuhkan waktu yang lama mulai dari persiapan, penanganan, hingga pemulihan, prosedur ini juga berpotensi menimbulkan rasa tidak nyaman bagi pasien. Dengan FibroScan, pemeriksaan dini penyakit hati dapat dilakukan tanpa sayatan (non-invasive) dengan proses pemeriksaan yang lebih cepat, sehingga pasien merasa lebih nyaman.
Deteksi Dini Penyakit Hati dengan FibroScan
FibroScan merupakan teknologi medis terkini yang digunakan untuk menilai kekakuan organ hati, serta mendeteksi kemungkinan adanya fibrosis atau sirosis.
Alat ini memanfaatkan gelombang ultrasound berfrekuensi rendah untuk memindai organ hati yang dipancarkan melalui probe pada area perut pasien, lalu mengukur seberapa cepat gelombang itu merambat. Dari kecepatan tersebut, dokter dapat menilai tingkat kekakuan jaringan hati yang mengindikasikan tingkat kerusakan yang terjadi.
Selain kekakuan jaringan hati, FibroScan juga dapat mengukur kadar lemak yang tersimpan di hati.
Tanpa perlu ada sayatan dan penggunaan obat penenang (anestesi), pemeriksaan dengan FibroScan mampu memberikan gambaran kondisi hati dalam hitungan menit secara aman dan akurat. Prosedur ini dilakukan dengan rawat jalan sehingga pasien dapat langsung pulang serta beraktivitas kembali setelahnya. Berikut ini persiapan serta prosedur pemeriksaan menggunakan FibroScan:
Persiapan Pemeriksaan
- Puasa 4 jam sebelum pemeriksaan
- Mengenakan pakaian longgar
Prosedur Pemeriksaan
- Pasien berbaring telentang dengan lengan kanan di atas kepala, area perut kanan atas dibuka
- Radiografer akan mengoleskan gel pada kulit pasien
- Probe diposisikan di area tulang rusuk kanan pasien
- Pasien mungkin merasakan getaran ringan, tanpa rasa nyeri
Selain dapat mendeteksi kerusakan hati sejak dini, FibroScan juga dapat memantau perkembangan penyakit pada organ hati seiring waktu.
Dokter pun dapat segera menentukan langkah perawatan yang paling sesuai untuk pasien berdasarkan hasil pemeriksaan. Hal ini menjadikan FibroScan sebagai alternatif yang efektif dan efisien, terutama jika dibandingkan dengan biopsi hati yang invasive, membutuhkan waktu pemulihan lebih lama, dan berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan.
Penanganan Perlemakan Hati
Penanganan perlemakan hati sesegera mungkin menjadi kunci dalam mencegah perburukan seperti fibrosis maupun sirosis hati. Tatalaksana umumnya akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan perlemakan hati.
Setelah mengetahui kondisi pasien melalui FibroScan dan pemeriksaan penunjang lainnya, dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi akan menyarankan langkah-langkah penanganan seperti:
Menerapkan gaya hidup sehat
Perubahan ke gaya hidup lebih sehat mutlak diperlukan. Diet yang disarankan adalah rendah lemak dan karbohidrat, tetapi tinggi protein. Olahraga teratur setidaknya 30 menit sehari, juga sangat dianjurkan bersamaan dengan diet.
Menghentikan konsumsi alkohol
Alkohol harus dihindari, baik untuk perlemakan hati terkait alkohol maupun tidak. Konsumsi alkohol dapat memperlambat dan mempersulit pengobatan fatty liver disease
Menjaga berat badan ideal
Obesitas adalah salah satu faktor penyebab perlemakan hati. Pasien biasanya akan diminta untuk menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal. Penu...