Beijing (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri China menjawab ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menyebut akan mengenakan tarif baru sebesar 100 persen terhadap barang-barang Tiongkok dan membatasi ekspor "perangkat lunak penting".
"Izinkan saya menekankan bahwa China dengan tegas menolak pembatasan dan sanksi AS baru-baru ini terhadap China, dan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingannya yang sah," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin.
Ketegangan AS-China kembali muncul setelah China pada Kamis (9/10) mengumumkan pembatasan ekspor unsur tanah jarang yang memperluas kontrol atas teknologi pemrosesan dan manufaktur. Kebijakan tersebut juga melarang kerja sama dengan perusahaan asing tanpa izin pemerintah terlebih dulu.
Sebagai "balasannya", pada Jumat (10/10), Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut China menjadi "sangat bermusuhan" serta menjadikan AS dan seluruh dunia "sandera" lewat kebijakan pengetatan ekspor secara mendadak.
Sehingga Trump mengatakan bahwa AS akan mulai memberlakukan tarif sebesar 100 persen terhadap barang-barang asal China pada 1 November 2025 atau lebih cepat, tergantung apa yang dilakukan China selanjutnya.
"Mengancam tarif tinggi bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi China. AS harus memperbaiki pendekatannya dan bertindak berdasarkan kesepahaman bersama yang dicapai kedua presiden dalam panggilan telepon mereka," ungkap Lin Jian.
Lin Jian mengungkapkan kedua negara dapat dan harus mengatasi kekhawatiran satu sama lain melalui dialog dan mengelola perbedaan atas dasar kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan untuk menjaga hubungan bilateral tetap stabil, sehat, dan berkelanjutan.
"Jika AS tetap menolak mengubah arah,China akan bertekad kuat mengambil tindakan untuk melindungi hak dan kepentingan sahnya secara mandiri," tegas Lin Jian.
Kementerian Perdagangan China menyatakan pembatasan ekspor unsur tanah jarang dilakukan untuk menjaga keamanan dan kepentingan nasional, termasuk kontrol ekspor pada teknologi penambangan, peleburan, pemisahan, produksi material magnetik, serta daur ulang sumber daya sekunder.
Atas pembatasan itu, Trump juga mengatakan dirinya bisa saja membatalkan pertemuan yang direncanakan dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini dengan memanfaatkan momen KTTP APEC.
Namun, sikap Trump menjadi lebih lunak setelah indeks saham utama AS turun tajam pada Jumat akibat kekhawatiran mencuatnya kembali perang dagang.
Pada Minggu (12/10), Trump menulis di media sosial agar publik tidak terlalu khawatir soal China.
Trump menambahkan bahwa Xi "hanya sedang mengalami masa sulit. Dia tidak menginginkan depresi ekonomi bagi negaranya, dan saya juga tidak. AS ingin membantu China, bukan menyakitinya."
Baca juga: Beijing jelaskan tabrakan kapal dengan Filipina di Laut China Selatan
Baca juga: Purbaya sebut tarif 100 persen Trump ke China bisa untungkan RI
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.