Liputan6.com, Jakarta Kabar membanggakan datang dari Rebeltech Collective, sebuah kolektif kreator konten yang berbasis di Singapura. Karya mereka, film dokumenter, Kopi The Human Journey Behind Your Coffee meraih penghargaan bergengsi.
Kopi The Human Journey Behind Your Coffee memenangkan Special Award dari Seoul International AI Film Festival (SIAFF). Upacara penghargaan akan diadakan di Seoul, Korea Selatan, pada 7 Desember 2025.
Film dokumenter Kopi secara resmi diakui sebagai Film Dokumenter Pertama di Dunia yang Diakui secara Kritis karena Menggabungkan Visualisasi AI Berkadar Tinggi, Sinematografi Drone FPV Otentik, dan Rekaman Lapangan Tradisional.
Ia menetapkan standar etika baru untuk genre hibrida dari Singapura. Lewat pernyataan tertuls yang diterima Showbiz Liputan6.com, pada Selasa (14/10/2025), pihak Rebeltech Collective menyampaikan pernyataan sikap.
Billie Eilish baru saja merilis film pendek lewat akun instagram pribadinya yang berjudul Not My Responsibility. Film pendek ini menyuarakan tentang body shamming.
Garis Depan Inovasi Teknologi
“Kemenangan ini membuktikan film dokumenter yang berfokus pada kemanusiaan dapat memimpin di garis depan inovasi teknologi. Kolektif telah mengumpulkan penghargaan bergengsi dari seluruh dunia,” kata Co-founder Rebeltech Collective, Budiyan.
Selain Seoul International AI Film Festival 2025, sejumlah penghargaan bergengsi yang telah diraih Rebeltech Collective yakni The Bangkok Society Film Critics' Award yang diberikan juri kritikus profesional, memvalidasi kualitas naratif film di Thailand.
Perjalanan Yang Tulus
Ada pula penghargaan berupa Honorable Mention AI Film Awards Venice 2025 di Italia dan Best Drone Film Award (Bangkok Movie Awards), untuk karya berupa rekaman FPV Gunung Anak Krakatau yang ikonis.
Meski merupakan kreator konten YouTube yang berbasis di Singapura, Rebeltech Collective berkomitmen pada kisah Indonesia. Film ini perjalanan tulus ke desa Padang Perigi, Tanjung Tebat, Lahat, Sumatra Selatan.
Kopi Adalah Surat Cinta
“Kopi adalah surat cinta kami kepada para petani di Padang Perigi dan semua petani di seluruh dunia. Ide film ini lahir di bawah void deck HDB yang sederhana di Singapura,” Budiyan membeberkan.
“Kami menggunakan AI sebagai alat, bukan pengganti, untuk menghormati kerja keras mereka,” pungkasnya. Dalam proses kretafnya, Budiyan dibanyu Hiswady serta Amir (Singapura) dan Okta (Indonesia).