Jakarta (ANTARA) - Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Turki, Naufal Ubaidillah, menegaskan bahwa semangat solidaritas negara-negara yang dahulu bersatu dalam Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955 masih relevan hingga kini.
Naufal yang juga terpilih sebagai Presiden Komunitas Diplomasi Pemuda Global di Turki menyoroti bahwa seluruh negara peserta konferensi tersebut telah merdeka, kecuali satu: Palestina.
Pesan itu menjadi roh utama sejumlah lembaga dan organisasi untuk mengusung penyelenggaraan Global Youth Diplomacy Summit Türkiye 2025 yang digelar di Istanbul.
Dalam konferensi bertema “From Bandung 1955 to Istanbul 2025: The Role of International Students in Global Diplomacy”, Naufal menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara untuk melahirkan proyek-proyek inovatif di berbagai bidang sebagai wujud diplomasi pemuda global yang inklusif dan berkeadilan.
“Marilah kita bersatu dan memperkuat komunitas ini melalui proyek-proyek yang membawa dampak nyata demi masa depan diplomasi global yang lebih inklusif dan berkeadilan,” ujar Naufal dalam keterangan pers PPI Turki yang diterima di Jakarta, Kamis.
Seruan tersebut disampaikan usai Naufal terpilih sebagai Presiden Global Youth Diplomacy Community in Türkiye dalam acara Global Youth Diplomacy Summit Türkiye 2025 yang diselenggarakan di Pusat Kepemudaan Pemerintah Bağcılar, Istanbul.
Konferensi tingkat dunia itu diinisiasi oleh PPI Turki dan melibatkan organisasi pelajar dari berbagai negara, antara lain Pakistan, Djibouti, Somalia, Bangladesh, Ethiopia, Thailand, Kamboja, Republik Afrika Tengah, Tanzania, Libya, Aljazair, dan Burkina Faso.
Melalui tema besar yang mengaitkan Bandung 1955 dengan Istanbul 2025, konferensi ini berupaya menghidupkan kembali semangat Konferensi Asia-Afrika yang menjadi simbol perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme.
Naufal menekankan bahwa isu Palestina kini menjadi perhatian utama karena belum meraih kemerdekaan penuh seperti negara-negara lain yang dahulu turut memperjuangkan kebebasan bersama.
Di bawah kepemimpinan Naufal, mahasiswa program magister Ilmu Politik dan Hubungan Internasional di Istanbul Sabahattin Zaim University, Indonesia melalui PPI Turki memainkan peran penting sebagai pelopor gerakan diplomasi pemuda di tingkat global.
Kegiatan itu juga mendapat dukungan dari berbagai lembaga, di antaranya Kepresidenan Urusan Diaspora Turkiye dan Masyarakat Kerabat (YTB), Pemerintah Bağcılar Istanbul, Federasi Organisasi Pelajar Internasional di Turki (UDEF), serta Türkiye International Student Unions Platform (TISUP).
Konferensi tersebut menghadirkan sejumlah panel diskusi yang membahas peran pemuda dalam perumusan kebijakan luar negeri hingga dinamika pergerakan pemuda di dunia Islam.
Dalam sidang umum (General Assembly), para perwakilan pemuda dari berbagai negara menyepakati pembentukan konstitusi komunitas baru bernama Global Youth Diplomacy Community in Türkiye.
Melalui hasil sidang tersebut, Naufal Ubaidillah ditetapkan sebagai Presiden komunitas, Brahim Ouahrani dari Aljazair sebagai Wakil Presiden, dan İclal Maytalman sebagai Sekretaris Jenderal.
Baca juga: Menteri Brian ajak mahasiswa RI di luar negeri jadi duta iptek bangsa
Pewarta: Katriana
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.