Liputan6.com, Jakarta Rencana pembatasan gaji atau salary cap tengah menjadi isu panas di Premier League. Otoritas liga disebut sedang menyiapkan mekanisme baru yang disebut sistem 'anchoring', yakni pembatasan total biaya klub, termasuk gaji dan transfer per musim.
Aturan ini diklaim bertujuan menjaga keseimbangan finansial antar klub dan mencegah jurang kompetitif yang semakin lebar.
Namun, gagasan ini langsung memicu perdebatan sengit di antara klub peserta. Beberapa tim besar seperti Manchester United, Manchester City, dan Aston Villa disebut tegas menolak penerapannya.
Mereka menilai kebijakan tersebut justru bisa menurunkan daya saing Premier League di level Eropa, terutama ketika bersaing dengan klub-klub mapan seperti Real Madrid, Barcelona, atau Paris Saint-Germain.
Meski begitu, sebagian klub lain menilai kebijakan ini bisa menjadi langkah penting menuju keberlanjutan ekonomi liga. Isu ini akan mencapai puncaknya bulan depan, ketika Premier League menggelar pertemuan untuk melakukan pemungutan suara resmi terkait usulan tersebut.
Gagasan Anchoring dan Rencana Pembatasan Gaji
Menurut laporan The Times, dokumen sepanjang 25 halaman telah dikirim ke seluruh klub Premier League sebagai dasar pembahasan kebijakan baru tersebut.
Intinya, sistem anchoring akan membatasi pengeluaran setiap klub hingga lima kali lipat dari pendapatan tim yang finis di posisi terbawah klasemen.
Jika diterapkan berdasarkan angka musim 2023/2024, batas maksimal anggaran klub diperkirakan mencapai sekitar £550 juta atau setara Rp10,7 triliun.
Kendati terdengar masuk akal di atas kertas, implementasinya dipandang sangat kompleks. Beberapa klub khawatir akan langsung melanggar aturan baru ini karena kontrak pemain yang telah disepakati sebelumnya.
Selain itu, Asosiasi Pesepak Bola Profesional (PFA) juga menyoroti potensi pelanggaran terhadap hak pemain, mengingat gaji mereka dijamin lewat kontrak dan bisa terganggu jika batasan baru diberlakukan.
Manchester United Jadi Penentang Utama
Manchester United, bersama Manchester City dan Aston Villa, menjadi tiga klub pertama yang menolak konsep ini dalam pemungutan suara awal.
Chelsea memilih abstain karena masih ragu terhadap dampaknya terhadap regulasi finansial yang sudah ada.
Penolakan Manchester United bukan tanpa alasan, mereka khawatir kebijakan ini akan menghambat kemampuan klub-klub besar bersaing di level global.
Salah satu pemilik Manchester United, Sir Jim Ratcliffe, secara terbuka menyuarakan keberatannya. Ia menilai, pembatasan gaji akan membuat Premier League kehilangan daya saing melawan klub-klub top Eropa.
Bagi Ratcliffe, membatasi kekuatan finansial justru akan menurunkan nilai kompetitif liga yang selama ini menjadi daya tarik utamanya.
Meski demikian, pihak yang mendukung kebijakan ini berargumen bahwa salary cap akan menciptakan ekosistem yang lebih sehat dan kompetitif.
Sumber: Sports Ilustrared