Liputan6.com, Jakarta Kabar kurang menyenangkan datang dari Barcelona. Klub asal Catalunya itu dikabarkan tengah geram terhadap Robert Lewandowski setelah sang striker kembali mengalami cedera saat membela Timnas Polandia. Menurut laporan MARCA, cedera tersebut membuatnya absen sekitar satu bulan, termasuk harus melewatkan El Clasico melawan Real Madrid di ajang La Liga pada 26 Oktober mendatang.
Cedera yang dialami Lewandowski bukan kali pertama musim ini. Penyerang berusia 37 tahun itu mengalami masalah pada otot paha yang sebelumnya sudah sempat mengganggunya. Ironisnya, masalah itu kambuh saat laga baru berjalan di babak pertama, tapi Lewandowski tetap memilih melanjutkan pertandingan hingga akhir dengan perban di pahanya.
Keputusan itu justru memperburuk keadaannya. Kondisi ototnya memburuk, dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ia harus menepi selama kurang lebih empat minggu. Dampaknya, Barcelona akan kehilangan sang penyerang andalan dalam enam pertandingan ke depan — empat di antaranya di La Liga dan dua lainnya di Liga Champions.
Situasi ini membuat ruang ganti Barcelona memanas. Di internal klub, muncul rasa kecewa terhadap cara Lewandowski menangani cederanya. Bagi mereka, di usia yang sudah senior, Lewandowski seharusnya lebih berhati-hati dan tahu kapan harus berhenti demi menjaga kebugarannya.
Situasi Berbeda Lewandowski dan Yamal
Menurut sumber internal Barcelona, para petinggi klub terkejut ketika mengetahui Lewandowski tetap bermain meski sudah merasakan nyeri di awal laga. Mereka menilai seharusnya sang penyerang langsung memberi tanda kepada tim medis untuk diganti. Di usia 37 tahun, pengalaman seharusnya menuntun dia untuk lebih berhati-hati.
Perbandingan pun muncul dengan kasus serupa yang menimpa Lamine Yamal beberapa waktu lalu. Pemain muda itu juga memaksakan diri bermain meski mengalami keluhan. Akan tetapi, klub bersikap lebih maklum karena Yamal masih berusia belasan tahun dan minim pengalaman. Situasi berbeda berlaku bagi Lewandowski yang seharusnya sudah memahami risiko bermain dalam kondisi tidak fit.
Bagi Barcelona, tanggung jawab menjaga kondisi fisik bukan hanya urusan staf medis. Para pemain diharapkan ikut berperan aktif mengenali batas tubuh mereka sendiri. Dalam kasus Lewandowski, keputusan untuk bertahan di lapangan justru dianggap lebih merugikan ketimbang membantu tim.
Pusing Kepala Hansi Flick
Bagi pelatih Hansi Flick, cedera Lewandowski menambah daftar panjang masalah di lini depan. Sebelumnya, Dani Olmo dan Raphinha juga menepi akibat cedera. Kini, dengan absennya sang bomber utama, Flick dipaksa mencari alternatif seperti Ferran Torres atau Marcus Rashford untuk menutup kekosongan di lini serang.
Meski semangat Lewandowski untuk tetap bermain dianggap mencerminkan jiwa kepemimpinannya, keputusan itu kali ini berbalik menjadi bumerang. Barcelona menilai, pengalaman seharusnya bisa mengalahkan ego. Kini, akibat satu keputusan yang terburu-buru, tim harus kehilangan mesin gol mereka di periode yang krusial.
Dalam waktu sekitar satu bulan ke depan, Blaugrana bukan hanya harus memikirkan taktik tanpa Lewandowski, tetapi juga cara mencegah insiden serupa terulang. Sebab di usia seperti sekarang, setiap cedera otot bisa menjadi awal dari masalah yang jauh lebih besar — baik bagi sang pemain, maupun bagi ambisi klub di kompetisi domestik dan Eropa.
Sumber: MARCA, Barca Universal