Liputan6.com, Jakarta - Raksasa media New York Times menuntut OpenAI karena diduga menggunakan materi berhak cipta mereka untuk melatih algoritma kecerdasan buatan (AI) pada Desember 2023.
Akibatnya, OpenAI dipaksa untuk menahan seluruh ‘Chat Logs’ dari aktivitas interaksi pengguna ChatGPT, bahkan untuk semua chat pengguna yang telah dihapus.
Mengutip Gizmodo, Rabu (15/10/2025), penahanan ‘Chat Logs’ ini menjadi sumber dari buah masalah baru. Sebab, OpenAI merasa hal tersebut bisa berdampak atau bahkan melanggar privasi pengguna.
Menanggapi hal itu, salah satu media besar Ars Technica menilai perintah pengadilan ini akan sangat berdampak pada privasi ratusan juta pengguna ChatGPT secara global.
Chief Operating Officer OpenAI, Brad Lightcap, pada Juni 2025 menyatakan “Tuntutan tak mendasar dari New York Times kami rasa tidak diperlukan, sebab tak ada tanggal pasti soal kapan penahanan ‘Chat Logs’ itu harus dilakukan.”
Kapan Masalah ini Akan Berakhir?
Terkait kasus tersebut, pengadilan Amerika Serikat (AS) telah membuat keputusan akhir. Hakim dari pengadilan AS, Ona Wang, menyetujui tindakan bersama yang telah diajukan oleh OpenAI dan New York Times untuk membatalkan tuntutan penahanan ‘Chat Logs’.
Melihat keputusan tersebut, bisa dibilang OpenAI meraih kemenangan parsial yang menguntungkan. Sebab, sebelumnya mereka keberatan dengan perintah penahanan ‘Chat Logs’.
Pada akhirnya, OpenAI dapat kembali ke kebijakan penghapusan data pengguna. Namun, meski drama retensi log obrolan ini sudah berakhir, pertempuran atas undang-undang hak cipta yang saat ini melibatkan industri AI masih berlanjut.
OpenAI sampai saat ini masih dituntut berkali-kali dengan alasan serupa, masalah hak cipta seputar AI generatif yang sebagian besar belum terselesaikan.
Samsung dan OpenAI Kolaborasi Bikin Pusat Data AI Raksasa
Di sisi lain, banyak raksasa teknologi berlomba-lomba mengembangkan kecerdasan buatan untuk berbagai macam sektor, salah satunya layanan pusat data.
Mengutip Gizchina, Selasa (14/10/2025), dua raksasa teknologi Samsung dan OpenAI menjalin kontrak kerja sama dalam mengembangkan layanan pusat data terapung (floating data centers) untuk proyek besar, Stargate.
Menurut perjanjian yang ditanda tangani di Seoul, Korea Selatan, proyek Stargate ini bertujuan membangun jaringan pusat data AI terbesar dan paling canggih di dunia untuk mendukung pengembangan model AI generasi mendatang.
Melihat langsung kontribusi Samsung, berdasarkan paparan rencana yang ada, mereka akan memasok Dynamic random-access memory (DRAM) berperforma tinggi dengan kuantitas kurang lebih 900.000 buah per bulannya. Tujuannya untuk memastikan kelangsungan proyek Stargate berlangsung lancar.
Tak hanya memasok DRAM untuk OpenAI, raksasa teknologi asal Korea Selatan ini juga disebut akan menyediakan pasokan logic chips, layanan foundry (pengecoran), dan advanced packaging untuk meringankan beban kerja AI.
Peran Samsung di Industri AI
Selain berfokus sebagai penyedia/pemasok dalam pembuatan pusat data terapung, Samsung melalui anak perusahaan mereka, SDS akan aktif merancang dan mengoperasikan pusat data AI.
Kemudian, bukan cuma bekerja sebagai desainer dan operator, SDS juga menawarkan layanan konsultasi untuk membantu perusahaan (calon pelanggan) mengadopsi model AI milik OpenAI.
Kemudian, dalam rangka mengambil peran lebih aktif, SDS turut menjadi reseller resmi ChatGPT Enterprise. Mereka bertanggung jawab atas distribusi layanan di pasar Korea Selatan.
Keterlibatan dalam Pusat Data Terapung
Dua anak perusahaan Samsung lainnya, C&T dan Heavy Industries, ikut mengembangkan pusat data terapung.
Keputusan akhir dari langkah yang diambil ini bertujuan mengurangi biaya pendinginan dan mengikuti kebijakan ekonomi hijau untuk mendapatkan pusat data dengan efisiensi penggunaan lahan serta penekanan emisi karbon.